Wajib Tahu, Inilah 5 Cara (Metode) Memadamkan Api yang Benar!

Cara Memadamkan Api yang Benar
Cara Memadamkan Kebakaran, Apa Saja Ya?

Di artikel sebelumnya, kita telah membahas apa itu teori segitiga api yang kemudian teori inilah yang menjadi dasar kita memahami bagaimana api dapat menyala. Dilanjutkan dengan fire tetrahedron untuk memahami mengapa api dapat menyala secara terus menerus.

Nah, kali ini kita akan coba mengulas bagaimana sih cara memadamkan api yang tepat berdasarkan teori segitiga api yang telah kita bahas sebelumnya.

Bagaimana Cara Memadamkan Api/Kebakaran?

Memadamkan kebakaran adalah upaya untuk mengendalikan atau mematikan api dengan cara merusak keseimbangan panas.

Pada prinsipnya, pemadaman api atau kebakaran adalah memutus mata rantai segitiga api, misalnya dengan menghilangkan bahan bakar, membuang panas atau oksigen.

Memadamkan kebakaran atau mematikan api dapat dilakukan dengan beberapa teknik atau metode yaitu:

  1. Pendinginan (cooling)
  2. Menghilangkan oksigen (smothering)
  3. Menghilangkan bahan bakar (starvation)
  4. Dilusi (dilution)
  5. Memutus reaksi rantai.

1. Pendinginan (Cooling)

Cara Memadamkan Api dengan Menghilangkan Sumber Panas (Cooling)

Cara memadamkan api yang pertama adalah dengan cara mengurangi tingkat panas (suhu) dari bahan bakar yang terbakar sampai di bawah titik nyalanya (flash point).

Panas tersebut dapat dikurangi dengan menyemprotkan air ke titik kebakaran. Air yang disemprotkan akan menyerap panas dan berubah menjadi uap air, yang pada gilirannya akan mendinginkan api secara perlahan.

Teknik pemadaman dengan cara menyemprotkan air ini sangat efektif untuk memadamkan jenis kebakaran bahan bakar Kelas A, seperti kayu, kertas, plastik, dan kain.

Namun, penting untuk diingat bahwa bahan bakar dengan titik nyala di bawah 37,8oC, dianggap sebagai bahan yang mudah terbakar. Untuk titik nyala yang sangat rendah ini, tidak disarankan menggunakan metode pemadaman dengan air.

Flash Point Bensin dan Minyak Tanah Berbeda

Misalnya, bensin memiliki titik nyala yang rendah, yaitu −43oC (−45oF), sehingga metode pendinginan tidak disarankan untuk mengatasi kebakaran yang melibatkan bensin.

Namun, jika kebakaran melibatkan minyak tanah atau solar yang memiliki titik nyala di atas 37,8°C, Anda dapat menggunakan metode pendinginan untuk memadamkan api.

Metode ini efektif karena suhu yang diperlukan untuk membuat cairan tersebut terbakar relatif tinggi, dan dengan mendinginkannya, Anda dapat menghentikan proses pembakaran. Jadi, pemilihan metode pemadaman harus disesuaikan dengan sifat cairan yang terlibat dalam kebakaran.

Selain itu, dalam kasus kebakaran listrik, metode pendinginan dengan air tidak selalu disarankan karena air dapat menjadi konduktor listrik yang dapat meningkatkan risiko Anda tersengat listrik.

2. Menghilangkan Oksigen (Smothering)

Cara Memadamkan Api dengan Menghilangkan Oksigen (Smothering)

Proses pembakaran membutuhkan oksigen, dan kadar oksigen yang cukup diperlukan agar suatu bahan bakar dapat terbakar. Sebagai contoh, kayu dapat mulai menyala dengan kadar oksigen sekitar 4–5%, acetylene memerlukan oksigen di bawah 5%, dan gas serta uap hidrokarbon biasanya tidak akan terbakar jika kadar oksigen di bawah 15%.

Teori segitiga api menyatakan bahwa kebakaran dapat dihentikan dengan menghilangkan atau mengurangi suplai oksigen. Inilah yang kemudian dikenal sebagai teknik “smothering.”

Dengan membatasi atau mengurangi oksigen selama proses pembakaran, api dapat dipadamkan. Contoh penerapan teknik ini adalah dengan menutup wadah tempat terjadi kebakaran, seperti menutup penggorengan atau kuali yang berisi minyak terbakar dengan bahan pemisah.

Salah satu cara yang umum digunakan untuk memadamkan api dengan teknik smothering adalah menggunakan busa (foam), terutama pada kebakaran minyak.

Penggunaan karung basah (fire blanket), pasir, atau tanah sebagai bahan pemadam juga merupakan varian dari teknik smothering, yang kita sebut sebagai metode “blanketing” atau penyelimutan.

Dalam hal ini, bahan tersebut digunakan untuk membatasi kontak antara udara dan bahan bakar yang terbakar, sehingga api dapat padam dengan lebih efektif. Metode ini sering kali dianggap sebagai salah satu cara paling mudah untuk memadamkan api pada kebakaran minyak.

3. Menghilangkan/Memindahkan Bahan Bakar (Starvation)

Menghilangkan/Memindahkan Bahan Bakar (Starvation)
Ilustrasi Pemadam Kebakaran ingin Menutup Valve

Adakalanya kebakaran lebih efektif diatasi dengan menghilangkan sumber bahan bakarnya daripada metode cooling dan smothering. Pendekatan ini seringkali disebut dengan “starvation“, di mana upaya difokuskan pada mengurangi, memisahkan atau menghentikan pasokan bahan bakar untuk menghentikan proses pembakaran.

Meskipun penghilangan bahan bakar lebih efektif, namun dalam praktiknya mungkin sulit dilakukan.

Contohnya, teknik starvation dapat melibatkan tindakan seperti menutup atau membuka katup aliran bahan bakar, memindahkan bahan bakar ke tempat lain, atau memindahkan bahan-bahan yang mudah terbakar.

Dalam beberapa kasus, menyemprotkan busa ke bahan yang terbakar dapat menghentikan atau memisahkan suplai bahan bakar, sehingga pembakaran terhenti atau berkurang, dan api padam.

Selain itu, menjauhkan bahan yang terbakar ke tempat yang aman juga merupakan metode efektif. Misalnya, memindahkan tabung gas LPG yang terbakar dari area berisiko dapat mengurangi intensitas api.

Teknik lainnya adalah dengan mengambil atau mengurangi konsentrasi bahan bakar yang terbakar. Misalnya, pada kebakaran pipa gas, menutup valve dari aliran gas dapat menurunkan kadar uap bahan bakar, sehingga api dapat dipadamkan.

4. Dilusi (Dilution)

Metode Memadamkan Kebakaran dengan Dilution
Ilustrasi Menggunakan Metode Memadamkan Kebakaran dengan Dilution

Dilution adalah teknik pemadaman dengan cara melakukan pengenceran oksigen pada daerah yang terbakar menggunakan gas inert.

Gas inert adalah gas yang cenderung tidak reaktif secara kimia dengan zat-zat lain sehingga tidak mudah membentuk senyawa kimia.

Misalnya, pemadaman dengan cara menyemprotkan APAR (Alat Pemadam Api Ringan) tipe CO2 pada daerah yang terbakar, dilakukan untuk menghalangi unsur O2 menyalakan api.

Baca juga:
Review Buku Keselamatan Kebakaran (Fire Safety)

5. Memutus Reaksi Rantai (Inhibition of Chain Reaction)

Memutus reaksi berantai merupakan salah satu cara terakhir untuk memadamkan api. Ahli-ahli pemadam kebakaran menemukan bahwa dalam proses pembakaran, reaksi berantai dapat menghasilkan nyala api. Beberapa zat kimia memiliki sifat untuk memecah reaksi berantai dengan memutuskan rantai reaksi oleh atom-atom yang diperlukan oleh nyala untuk tetap terbakar.

Sebagai contoh, pada reaksi pembakaran metana (CH4):

CH4 + 2O2 -> CO2 + 2H2O + Energi

Dengan mencegah terjadinya reaksi atom-atom ini, nyala api dapat padam.

Teknik ini dikenal sebagai Inhibition Chain Reaction, yang dilakukan dengan cara memutus rantai reaksi kimia api atau reaksi pembakaran. Hal ini dapat dicapai dengan menangkap radikal-radikal bebas seperti CH- dan H+.

Inhibition of Chain Reaction

Salah satu cara untuk melaksanakannya adalah dengan menyemprotkan media pemadam seperti Halon pada daerah yang terbakar. Namun, Halon memiliki kelemahan karena mengandung senyawa Chloro Fluoro Carbon (CFC), yang dianggap dapat merusak lapisan ozon di atmosfer.

Berdasarkan Keppres No. 23 Tahun 1992 tentang Pengesahan “Vienna Convention for the Protection of the Ozone Layer” yang mengatur pengurangan dan penghentian pemakaian bahan-bahan yang merusak ozon, penggunaan Halon mulai dibatasi. Oleh karena itu, industri pemadam kebakaran berupaya mengembangkan bahan pengganti Halon dengan berbagai merek dagang seperti Halotron, FM200, AF11, inergen, dan lainnya.

Semua bahan ini dijelaskan dalam spesifikasi mereka sebagai bahan yang aman untuk lingkungan atau disebut sebagai bahan bersih (clean agent).

Pilihan bahan pengganti Halon ini harus mempertimbangkan aspek-aspek seperti lingkungan, kesehatan dan keselamatan kerja, serta aspek teknis pemadaman api.

Kesimpulan

Beberapa cara memadamkan api yang telah dibahas di atas memiliki kelebihan dan kelemahan tertentu, dan penentuan metode pemadaman api haruslah didasarkan pada kondisi spesifik dan jenis kebakaran yang dihadapi.

Nantikan artikel selanjutnya yang akan membahas klasifikasi kebakaran berdasarkan jenis sumber bahan bakarnya, yang mana pengklasifikasian ini dapat membantu Anda dalam menentukan jenis pemadam yang tepat.

Semoga bermanfaat ya!

Referensi:

Frequently Asked Questions (FAQ)

Apa yang dimaksud dengan flammable dan combustible?

Bahan flammable atau mudah menyala adalah bahan dengan suhu penyalaan (flash point) di bawah 37,8oC dan bahan dapat terbakar (combustable) adalah bahan dengan suhu penyalaan (flash point) di atas 37,8oC.

Sharing is Caring

Andi Balladho

Andi Balladho Aspat Colle is certified Occupational Safety & Health (OSH) + professional Search Engine Optimization (SEO) in Indonesia. As OSH Enthusiast, he loves to learn and share articles about OSH.

Mungkin Anda juga menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *