Checklist Sederhana: Bantu Hentikan Kebiasaan Buruk!

Yes list thumbnail

Checklist Sederhana: Bantu Hentikan Kebiasaan Buruk! – Ketika memulai tujuan baru dalam hal ini memperbaiki kebiasaan buruk, biasanya kita sangat antusias dan penuh dengan semangat yang menggebu-gebu. Namun, beberapa minggu setelah itu, apa yang terjadi? Seringkali semangat memudar, energi terkuras dan pada akhirnya kembali ke laptop (kebiasaan lama terulang lagi). Hadeuh capek deh . . .

Pentingnya melacak dan meninjau aktivitas!

Mungkin banyak strategi yang kita buat untuk melepaskan diri dari belenggu kebiasaan buruk tersebut. Tetapi akan sulit tanpa melakukan tracking (pelacakan) dan meninjau kemajuan apa yang telah kita buat.

Sahabat AB, melakukan pelacakan dan peninjauan atas apa yang telah kita lakukan sangatlah baik, karena dengan-nya kita dapat mengidentifikasi kekurangan kita dengan melihat pola-pola yang ada. Dengan demikian kita dengan mudah melakukan penyesuaian demi mencapai tujuan baru tersebut. Sehingga kita tidak merasa terjebak dalam kebiasaan yang tidak berarti dan tidak menghasilkan perubahan nyata.

Identifikasi agar tujuan dapat dilacak dan dipantau

Sebagai contoh, Elis yang saat ini adalah seorang Occupational Safety & Health (OSH) Assistant Manager di salah satu perusahaan Minyak dan Gas, di tegur oleh atasannya yang bernama Bayu bahwa akhir-akhir ini Elis adalah seorang pendengar yang buruk (kurang empati) yang micromanaging dan kurang menghargai waktu orang lain. Oleh karena itu atasannya menginginkan agar dia lebih perhatian dan memberdayakan anak buahnya. Setelah menerima feedback tersebut, Elis bertekad untuk menjadi seorang pemimpin yang baik. Untuk itu Elis mulai Menyusun rencana untuk mencapai tujuan barunya.

Elis memulai dengan membuat 3 tujuan, yang mana 1 untuk setiap umpan balik yang dia terima dari Bayu (Bos-nya). Dia bertujuan untuk mendengarkan lebih baik, mengurangi micromanaging, menghargai waktu orang lain. Walaupun, tujuan ini terlihat bagus tapi tetap saja masih tidak dapat di ukur. Karena itu, perlu diidentifikasi cara-cara sehingga tujuan tersebut dapat di lacak dan dipantau. Sebagai contoh:

  • Mendengarkan lebih baik: Dilakukan dengan menghadiri rapat/hari tanpa perangkat (ex: smartphone).
  • Mengurangi micromanaging: Dilakukan dengan teknik delegasi selama pertemuan empat mata dengan stafnya untuk memberdayakan anggota sehingga mereka dapat mengambil tanggung jawab baru.
  • Hargai Waktu orang lain: Dilakukan dengan membatasi pesan (chat) menjadi dua/hari kepada semua rekan kerja.

Mulailah dengan aktivitas sederhana

Perhatikan contoh diatas, bahwa setiap tujuan hanya dipilih aktivitas yang sederhana, karena mengambil aktivitas yang telalu rumit dan banyak sekaligus akan membuat kita kewalahan. Bukankah kita lebih cenderung menindaklanjuti jika tugasnya sederhana? Jadi, setelah berhasil, kita dapat mencoba aktivitas baru atau meningkatkan kerumitan aktivitas awal.

Misalnya, untuk menjadi pendengar yang baik, Elis bisa saja tidak menggunakan smartphone di setiap rapat tetapi itu akan menjadi sebuah perubahan yang sulit dilakukan. Sebaliknya, Elis akan memulai dengan satu rapat sehari tanpa smartphone. Dari situlah kemudian Dia memutuskan akan menambah jumlah rapat tanpa smartphone atau mempertimbangkan aktivitas lain yang dapat membantunya menjadi pendengar yang baik.

Saat dia mengidentifikasi tugasnya, akan mudah bagi Elis untuk melanjutkan pekerjaannya sehari-hari, dengan rencana untuk melaksanakannya masing-masing. Tetapi mungkin saja perlahan-lahan akan kehilangan dedikasinya, terganggu oleh hal-hal yang harus dilakukan setiap hari dan kembali ke kebiasaan lamanya. Untuk itu, Elis perlu menjadi proaktif dengan melacak kemajuan apa yang telah dibuat setiap hari.

Menggunakan Checklist Sederhana yang bernama Yes List

Sabina Nawas, seorang global CEO coach merekomendasikan diagram pelacakan sederhana berbentuk checklist yang diberi nama “Yes List” untuk membantu melihat dimana kemajuan menuju perubahan dibuat dan dimana kemungkinan kegagalan. Mengisi Yes List ini tidak memelukan waktu lama (tidak lebih dari 1 menit sehari), sehingga tidak akan menyita waktu.

 Menggunakan Yes List, cukup lacak apakah kita menyelesaikan kebiasaan setiap hari dalam checklist, gunakan Y untuk Ya dan N untuk tidak. Sebagai contoh:

Yes list checklist
Contoh Checklist Yes List issue yang dihadapi Elis

Yes List ini dapat di simpan di smartphone atau mungkin di tempat yang paling sering terlihat dan buatlah pengingat harian untuk mengisi di penghujung hari. Melacak hasil memungkinkan kita melihat kemajuan sekilas. Kebanyakan orang akan merasakan pencapaian saat mereka menghitung Y dan N di penghujung hari.

Setelah beberapa minggu melacak kebiasaan, Analisalah apa ada pola yang perlu disesuaikan? Dengan ini memungkinkan kita melihat keberhasilan dan juga kesalahan Langkah yang kita buat serta dapat membantu mengidentifikasi apa yang mungkin menyebabkan masalaah itu terjadi.

Misalnya dalam contoh checklist di atas, Elis dapat menemukan pola bahwa dia gagal mendelegasikan tanggung jawab dengan tepat di hari senin. (Catatan, tanggal 3 Mei adalah hari senin). Elis menyadari bahwa di setiap awal minggu dia bertemu dengan seorang karyawan yang berkinerja buruk. Olehnya, Elis takut untuk mendelegasikan kepada karyawan ini karena khawatir menerima pekerjaan yang buruk. Setelah memahami hal tersebut, banyak hal yang dapat Elis lakukan, seperti memberikan umpan balik secara langsung terkait kinerja karyawan tersebut daripada mengambil alih pekerjaan karyawan itu secara langsung.

Baca juga:

Penutup

Dapat dibayangkan, seandainya saja Elis tidak melihat trend di hari senin itu, Elis mungkin saja tidak akan pernah membahas alasan sebenarnya dibalik tantangannya dalam hal pendelegasian.

Tanpa cara yang dapat ditindaklanjuti untuk bergerak maju dan cara untuk mengukur kemajuan, maka kita akan kembali ke kebiasaan buruk. Luangkan waktu untuk mengidentifikasi cara mencapai tujuan, mulai dengan langkah-langkah sederhana, dan catat peningkatan yang telah dibuat.

Akhirnya, menggunakan checklist (Yes List) sangat memungkinkan kita untuk mengenali kapan kita siap untuk melakukan aktivitas lain yang lebih besar dan kompleks untuk tujuan menghentikan kebiasaan buruk dan menciptakan kebiasaan baik.

Menciptakan dan mempertahankan kebiasaan baik dimulai dari hal sederhana!

Hal sederhana apa yang telah sahabat AB lakukan?

Artikel ini diadopsi dari Harvard Business Review dengan judul Break Bad Habits with a Simple Checklist

Sharing is Caring

Andi Balladho

Andi Balladho Aspat Colle is certified Occupational Safety & Health (OSH) + professional Search Engine Optimization (SEO) in Indonesia. As OSH Enthusiast, he loves to learn and share articles about OSH.

Mungkin Anda juga menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *