Ringkasan tentang RBPS (Risk Based Process Safety)

Ringkasan Risk Based Process Safety
Ringkasan tentang RBPS

Latar Belakang

RBPS (Keselamatan Proses Berbasis Risiko) – Manajemen keselamatan proses secara luas ditujukan untuk pengurangan risiko kecelakaan besar dan meningkatkan kinerja industri proses. Praktik keselamatan proses dan sistem manajemen keselamatan formal telah diterapkan di beberapa perusahaan selama bertahun-tahun. Selama 20 tahun terakhir, mandat pemerintah untuk sistem manajemen keselamatan proses formal di Eropa, AS dan di tempat lain telah mendorong implementasi luas pendekatan sistem manajemen untuk manajemen keselamatan proses.

Namun, setelah lonjakan penerapan manajemen keselamatan proses, aktivitas manajemen keselamatan proses tampaknya telah mandek di banyak organisasi. Investigasi insiden terus mengidentifikasi kinerja sistem manajemen yang tidak memadai sebagai kontributor utama insiden tersebut. Dan audit mengungkapkan sejarah temuan berulang yang mengindikasikan masalah kronis yang gejalanya diperbaiki berulang kali tanpa secara efektif mengatasi akar penyebab teknik dan budaya.

Meskipun semua masalah ini mungkin tidak terjadi di perusahaan Anda, semuanya terjadi pada tingkat tertentu di perusahaan lain. Jika dibiarkan, masalah-masalah seperti itu dapat menyebabkan lebih dari stagnasi; mereka dapat membuat organisasi rentan kehilangan fokus pada keselamatan proses, yang berakibat pada penurunan kinerja keselamatan proses yang serius atau hilangnya perhatian pada pencapaian keunggulan keselamatan proses. Ini adalah salah satu alasan Center for Chemical Process Safety (CCPS) menciptakan kerangka kerja manajemen keselamatan proses generasi berikutnya yang dikenal sebagai Keselamatan Proses Berbasis Risiko (RBPS).

Pendekatan RBPS mengakui bahwa semua bahaya dan risiko dalam suatu operasi atau fasilitas tidak sama; akibatnya, membagi sumber daya dengan cara memfokuskan upaya pada bahaya yang lebih besar dan risiko yang lebih tinggi adalah tepat. Menggunakan praktik intensitas tinggi yang sama untuk mengelola setiap bahaya adalah tidak efisien terhadap  penggunaan sumber daya yang terbatas. Pendekatan berbasis risiko mengurangi potensi untuk menetapkan jumlah sumber daya yang tidak semestinya untuk mengelola kegiatan berisiko rendah, dengan demikian sumber daya tersebut dapat melakukan tugas-tugas yang membahas kegiatan berisiko lebih tinggi.

Baca juga:

Selama bertahun-tahun, industri proses telah mengembangkan beberapa pendekatan strategis untuk pencegahan kecelakaan dan kerugian bahan kimia (Lihat Gambar 2 ). Pada waktu tertentu, industri, perusahaan, dan fasilitas tidak akan menemukan diri mereka pada titik yang sama di sepanjang spektrum ini. Bahkan, departemen yang berbeda dalam suatu fasilitas, fungsi yang berbeda di dalam suatu departemen, atau fungsi departemen yang sama pada waktu yang berbeda dapat memilih untuk menerapkan beberapa strategi pada waktu yang sama.

Gambar 2. Evolusi dari Strategi Process Safety dan Accident/Loss Prevention

Dibutuhkan menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut untuk memahami risiko yang terkait dengan suatu kegiatan:

  • Apa yang dapat salah (what can go wrong)?
  • Seberapa parah hal itu (how bad could it be)?
  • Seberapa sering hal itu terjadi (how often might it happen)?

Berdasarkan tingkat pemahaman atas jawaban-jawaban ini, perusahaan dapat memutuskan tindakan apa, jika ada, apa yang diperlukan untuk menghilangkan, mengurangi, atau mengendalikan risiko yang ada.

Tujuan RBPS

Tujuan utama dari pendekatan RBPS adalah untuk membantu organisasi membangun dan mengoperasikan sistem manajemen keselamatan proses yang lebih efektif. Dalam pedomannya, menjelaskan bagaimana cara mendesain atau meningkatkan setiap aktivitas keselamatan proses sehingga energi yang dimasukkan ke dalam aktivitas sesuai untuk memenuhi kebutuhan pengantisipasian pada aktivitas tersebut.

Pendekatan strategis RBPS didasarkan pada prinsip bahwa tingkat perincian dan ketelitian yang tepat dalam praktik keselamatan proses didasarkan pada tiga faktor:

  • Pemahaman yang memadai tentang risiko yang terkait dengan proses yang menjadi fokus praktik keselamatan proses.
  • Tingkat permintaan untuk aktivitas pekerjaan keselamatan proses (mis., Jumlah permintaan perubahan yang harus review setiap bulan) dibandingkan dengan sumber daya yang tersedia.
  • Budaya keselamatan proses di mana praktik keselamatan proses akan dilaksanakan.

RBPS Management System

Dalam RBPS, istilah sistem manajemen berarti:

“A formally established and documented set of activities designed to produce specific results in a consistent manner on a sustainable basis”

Dimana, kegiatan-kegiatan yang dimaksud harus didefinisikan secara cukup rinci agar pekerja dapat melakukan tugas yang diperlukan dengan andal.

Sistem manajemen RBPS menggabungkan empat pilar utama pencegahan kecelakaan atau yang disebut foundational blocks (Lihat gambar 3).

RBPS (Keselamatan Proses Berbasis Risiko)
Gambar 3: Pilar (foundational blocks) & Elemen terkait yang membentuk Sistem Manajemen RBPS yang kokoh

Pilar-Pilar RBPS (Keselamatan Proses Berbasis Risiko)

Pilar 1 – Komitmen pada keselamatan proses adalah landasan keselamatan proses yang unggul. Komitmen manajemen tidak memiliki pengganti. Organisasi umumnya tidak membaik tanpa kepemimpinan dan komitmen yang kuat. Seluruh organisasi harus membuat komitmen yang sama. Tenaga kerja yang yakin bahwa organisasi sepenuhnya mendukung keselamatan sebagai nilai inti akan cenderung melakukan hal-hal yang benar, dengan cara yang tepat, pada waktu yang tepat, bahkan ketika tidak ada yang melihat. Perilaku ini harus dipupuk secara konsisten, dan dikenalkan di seluruh organisasi. Setelah tertanam dalam budaya perusahaan, komitmen terhadap keselamatan proses ini dapat membantu mempertahankan fokus keunggulan dalam aspek yang lebih teknis pada keselamatan proses.

Pilar 2 – Organisasi yang memahami bahaya dan risiko lebih mampu mengalokasikan keterbatasan sumber daya dengan cara yang paling efektif. Pengalaman industri telah menunjukkan bahwa bisnis yang menggunakan informasi bahaya dan risiko untuk merencanakan, mengembangkan, dan menggunakan operasi yang stabil dan berisiko rendah, jauh lebih mungkin untuk memperoleh kesuksesan jangka panjang.

Pillar 3 Mengelola risiko berfokus pada tiga hal:

  • Pengoperasian dan pemeliharaan proses secara hati-hati yang menimbulkan risiko.
  • Mengelola perubahan pada proses tersebut untuk memastikan bahwa risiko tetap dapat ditoleransi.
  • Mempersiapkan, merespons, dan mengelola insiden yang terjadi.

Mengelola risiko membantu perusahaan atau fasilitas menerapkan sistem manajemen yang membantu mempertahankan operasi jangka panjang, bebas insiden (incident-free) dan menguntungkan.

Pilar 4Belajar dari pengalaman melibatkan pemantauan, dan bertindak atas sumber informasi internal dan eksternal. Terlepas dari upaya terbaik perusahaan, operasi tidak selalu berjalan sesuai rencana, sehingga organisasi harus siap untuk mengubah kesalahan mereka – dan kesalahan-kesalahan lain – menjadi peluang peningkatan upaya keselamatan proses. Cara paling efektif untuk belajar dari pengalaman adalah dengan:

  • Menerapkan praktik terbaik untuk memanfaatkan sumber daya yang tersedia secara paling efektif.
  • Memperbaiki kekurangan dari insiden dan near misses yang terjadi di Internal organisasi.
  • Menerapkan lessons learned dari organisasi lain.

Selain mengenali peluang-peluang ini untuk mengelola risiko dengan lebih baik, perusahaan juga harus mengembangkan budaya dan infrastruktur yang membantu mereka mengingat pelajaran dan menerapkannya di masa depan. Metrik dapat digunakan untuk memberikan umpan balik tepat waktu tentang cara kerja sistem manajemen RBPS, dan tinjauan manajemen, evaluasi diri ​​secara berkala dengan jujur membantu mempertahankan kinerja yang ada dan mendorong peningkatan di bidang yang dianggap penting oleh manajemen.

Berfokus pada empat pilar dasar ini seharusnya memungkinkan organisasi untuk meningkatkan efektivitas keselamatan prosesnya, mengurangi frekuensi dan tingkat keparahan insiden, dan meningkatkan keselamatan jangka panjang, lingkungan, dan kinerja bisnis. Pendekatan berbasis risiko ini membantu menghindari kesenjangan, ketidakkonsistenan dan pekerjaan berlebih, pekerjaan yang tidak sesuai, dan pengerjaan ulang yang dapat menyebabkan kegagalan sistem. Agar manajemen keselamatan proses bekerja paling efektif, perusahaan harus mengintegrasikan praktik RBPS mereka dengan sistem manajemen lainnya, seperti kualitas produk, peralatan dan keandalan manusia, kesehatan dan keselamatan personel, perlindungan lingkungan, dan keamanan.

Elemen-Elemen RBPS (Keselamatan Proses Berbasis Risiko)

Terdapat dua puluh 20 elemen RBPS (Keselamatan Proses Berbasis Risiko), sebagaimana dijelaskan dibawah ini:

Pilar 1: Komitmen pada Keselamatan Proses

Elemen 1 – Budaya Keselamatan Proses:

Lingkungan positif di mana karyawan di semua tingkatan berkomitmen pada keselamatan proses (process safety). Dimulai pada level tertinggi organisasi dan dibagikan pada semua level. Para pemimpin keselamatan proses memelihara proses tersebut.

Elemen 2 – Kepatuhan terhadap Standar:

Peraturan yang berlaku, standar, kode, dan persyaratan lain yang dikeluarkan oleh pemerintah (nasional, negara bagian / provinsi, dan lokal), standar konsensus organisasi, dan korporasi. Interpretasi dan implementasi persyaratan ini. Termasuk kegiatan pengembangan untuk standar perusahaan, konsensus, dan pemerintah.

Elemen 3 – Kompetensi Keselamatan Proses:

Keterampilan-keterampilan dan sumber daya yang perlu dimiliki perusahaan di tempat yang tepat untuk mengelola bahaya-bahaya proses. Memverifikasi bahwa perusahaan secara kolektif memiliki keterampilan dan sumber daya tersebut. Penerapan informasi ini untuk kesuksesan perencanaan dan manajemen perubahan organisasi.

Elemen 4 – Keterlibatan Tenaga Kerja:

Keterlibatan/partisipasi personel operasi (operating) dan pemeliharaan (maintenance) dalam aktivitas keselamatan proses secara luas untuk memastikan bahwa lessons learned oleh orang-orang yang berhubungan dengan proses dipertimbangkan dan ditangani.

Elemen 5 – Penjangkauan Stakeholder:

aktivitas-aktivitas dengan komunitas untuk membantu outside responders (komsumen, pemegang saham dl) dan masyarakat umum untuk memahami bahaya-bahaya pabrik dan potensi skenario darurat dan bagaimana mengatasi  tersebut.

Pilar 2: Memahami Bahaya dan Risiko

Elemen 6 – Manajemen Pengetahuan (Knowledge Management) Proses:

Penyusunan dan pengelolaan semua informasi yang diperlukan untuk melakukan aktivitas keselamatan proses. Memverifikasi keakuratan informasi tersebut. Mengonfirmasi bahwa informasi tersebut up to date. Informasi ini harus tersedia bagi mereka yang membutuhkannya untuk melakukan pekerjaan dengan selamat.

Elemen 7 – Identifikasi Bahaya dan Analisis Risiko:

Identifikasi bahaya Keselamatan Proses dan potensi konsekuensinya. Definisi risiko yang ditimbulkan oleh skenario bahaya ini. Rekomendasi untuk mengurangi atau mengeliminasi bahaya, mengurangi potensi konsekuensi, mengurangi frekuensi kejadian. Analisisnya dapat berupa kualitatif atau kuantitatif tergantung pada tingkat risiko.

Pilar 3: Mengelola Risiko

Elemen 8 – Prosedur Operasi:

Instruksi tertulis untuk operasi manufaktur yang menggambarkan bagaimana operasi dilakukan dengan selamat, menjelaskan konsekuensi penyimpangan dari prosedur, menjelaskan perlindungan utama, dan menangani situasi dan keadaan darurat khusus.

Elemen 9 – Praktik Kerja Aman:

Prosedur-prosedur untuk memelihara dan memperbaiki peralatan dengan selamat seperti izin bekerja, pemutusan jalur, dan izin kerja panas.

Elemen 10 – Integritas dan Keandalan Aset:

Aktivitas untuk memastikan bahwa peralatan penting tetap sesuai untuk tujuan yang dimaksudkan sepanjang layanannya (through out its service). Termasuk pemilihan bahan konstruksi yang tepat; inspeksi, pengujian, dan preventative maintenance; dan desain pemeliharaan.

Elemen 11 – Manajemen Kontraktor:

Praktik untuk memastikan bahwa pekerja kontrak dapat melakukan pekerjaan mereka dengan selamat, dan bahwa hal yang dilakukan tidak menambah atau meningkatkan risiko-risiko fasilitas operasional.

Elemen 12 – Pelatihan dan Jaminan Performa:

Instruksi praktis dalam persyaratan dan metode pekerjaan serta tugas untuk pekerja operasi dan pemeliharaan, supervisor, engineer, pemimpin, dan profesional keselamatan proses. Memverifikasi bahwa keterampilan-keterampulan yang dilatih sedang dipraktikkan dengan baik.

Elemen 13 – Manajemen Perubahan:

Proses peninjauan dan otorisasi perubahan yang diajukan untuk desain fasilitas, operasi, organisasi, atau kegiatan sebelum menerapkannya, serta informasi keselamatan proses diperbarui sebagaimana mestinya.

Elemen 14 – Kesiapan Operasional:

Evaluasi proses sebelum memulai (startup) atau memulai kembali (restart) untuk memastikan proses dapat dimulai dengan selamat. Hal ini berlaku pada fasilitas yang direstart setelah shut down atau penghentian sementara (idle) serta setelah proses perubahan dan pemeliharaan. Juga berlaku untuk start-up fasilitas baru.

Elemen 15 – Pengoperasian:

Yang berarti tugas manajemen dan operasional yang diperlukan untuk keselamatan proses dilakukan dengan cara yang tenang (hati-hati), tepat  dan terstruktur. Manajer memastikan pekerja melaksanakan tugas yang diperlukan dan mencegah penyimpangan-penyimpangan (deviations) dari kinerja yang diharapkan.

Elemen 16 – Manajemen Darurat:

Rencana untuk kemungkinan keadaan darurat yang menjelaskan tindakan dalam keadaan darurat, sumber daya untuk melaksanakan tindakan tersebut, praktik drills, peningkatan berkelanjutan (usaha mencari dan mendapatkan praktik terbaik), pelatihan atau menginformasikan kepada karyawan, kontraktor, tetangga, dan otoritas lokal serta komunikasi dengan para pemangku kepentingan jika insiden memang terjadi.

Pilar 4:  Belajar dari Pengalaman

Elemen 17 – Investigasi Insiden:

Proses pelaporan, pelacakan, dan investigasi insiden dan near-misses untuk mengidentifikasi akar penyebab (root causes), mengambil tindakan korektif (corrective actions), mengevaluasi tren insiden, dan mengkomunikasikan pelajaran yang didapat.

Elemen 18 – Pengukuran dan Metrik:

Leading dan lagging indikator dari kinerja keselamatan proses, termasuk tingkat insiden dan near misess serta metrik yang menunjukkan seberapa baik elemen-elemen keselamatan proses utama dilakukan. Informasi ini digunakan untuk mendorong peningkatan Keselamatan Proses.

Elemen 19 – Audit:

Tinjauan kritis berkala terhadap kinerja sistem manajemen keselamatan proses oleh auditor (bukan orang yang secara rutin bertugas di site) untuk mengidentifikasi kesenjangan dalam kinerja dan mengidentifikasi peluang-peluang peningkatan, dan mengikuti/mengawal penutupan kesenjangan yang ada hingga selesai.

Elemen 20 – Tinjauan Manajemen dan Peningkatan Berkelanjutan:

Praktik manajer di semua level dalam menetapkan harapan dan tujuan keselamatan proses dengan staf mereka dan meninjau kinerja dan kemajuan tujuan tersebut. Dapat dilaksanakan dalam rapat staf atau “tim kepemimpinan” atau satu per satu. Dapat difasilitasi oleh process safety lead tetapi kepemilikan tetap berada pada manajer lini.

Sumber:

CCPS. Short Summary of Risk Based Process Safety. Tersedia di https://www.aiche.org/sites/default/files/docs/summaries/short-summary-of-risk-based-process-safety_updated.pdf [diakses pada 03 Maret 2020]

CCPS. Guidelines for Risk based Process Safety: A Summary of RBPS Management Approach as Detailed in Guidelines for RBPS. Tersedia dihttps://www.aiche.org/sites/default/files/docs/summaries/rbps_summary_long.pdf  [diakses pada 03 Maret 2020]

Sharing is Caring

Andi Balladho

Andi Balladho Aspat Colle is certified Occupational Safety & Health (OSH) + professional Search Engine Optimization (SEO) in Indonesia. As OSH Enthusiast, he loves to learn and share articles about OSH.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *