Perkembangan Penyakit Akibat Kerja dan Teori-Teori di Baliknya

PAK dan Teori Teori di baliknya
Perkembangan Penyakit Akibat Kerja dan Teori Teori di baliknya
Perkembangan Penyakit Akibat Kerja PAK dan Teori Teori di baliknya

Kesehatan kerja merupakan harapan semua orang karena orang memerlukan pekerjaan sebagai sumber penghasilan guna memenuhi kebutuhan hidup.

Disisi lain, di tempat kerja terdapat berbagai potensi bahaya yang dapat mengganggu Kesehatan pekerja itu sendiri. Nah, gangguan kesehatan yang ditimbulkan oleh hazard yang bersumber dari tempat kerja inilah yang dikenal sebagai penyakit akibat kerja.

“Penyakit Akibat Kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan dan/atau lingkungan kerja”

(Perpres No. 7 Tahun 2019)

Monokausa dan Monofaktor

Di Zaman Ramanzzini, pada tahun 1700-an sampai 1950-an penyebab terjadinya penyakit akibat kerja diasumsikan sebagai monokausa (dasar prostula koch), yang dasar pengembangannya berasal dari penyakit menular. Misalnya, penyakit kolera disebabkan oleh vibrio cholerae atau TBC maka disebabkan oleh mycobacterium tuberculosis atau keinian COVID-19 disebabkan oleh SARS-CoV-2.

Begitupun dalam monofaktorial penyebab PAK berkembang seperti silikosis disebabkan hanya oleh silika bebas, asbestosis disebabkan oleh serat asbestos dan lain-lain.

Dalam perkembangannya, konsep monokausal dan monofaktorial tidak mampu menjawab kenapa keberadaan penyebab suatu penyakit di tempat kerja yang sama, ada pekerja yang sakit dan ada yang tidak?

Sebagai contoh, silika bebas di pertambangan tidak menyebabkan semua pekerja terkena silikosis! Begitupun tidak semua pekerja yang terpajan kebisingan akan mengalami penurunan pendengaran pada waktu dan/atau tingkat ketulian yang sama.

Hal ini menandakan bahwa selain faktor pajanan lingkungan kerja, ada pula faktor determinan lain seperti kerentanan individu, tersedianya standar prosedur bekerja, faktor kebiasaan menggunakan alat pelindung diri, serta faktor-faktor lain yang menambah berat atau mengurangi dampak pajanan.

Oleh karena itu, di awal tahun 1960-an konsep monofaktor secara bertahap berkembang menjadi multifaktorial.

Multifaktorial, HL Blum Hingga Hancock – Pergeseran Paradigma dalam Penyakit Akibat Kerja

Dari penyakit akibat kerja (occupational diseases) menjadi penyakit terkait kerja (work related diseases). Ada banyak contohnya seperti muskoluskeletal, asma yang diperberat oleh pekerjaan dan bronkitis kronik, kanker, bahkan silikosis yang selama ini dianggap sebagai penyakit monokausa ternyata ditemukan juga peran faktor genetik (Kurniawidjaja, 2014).

Teori klasik dari Henrik L. Blum di tahun 1974 akhirnya menjadi sesuai dengan konsep multifaktor tentang determinan kesehatan dan terjadinya penyakit. Blum adalah tokoh yang disegani dalam ilmu public health (kesehatan masyarakat) ini mengatakan bahwa status kesehatan seseorang ditentukan oleh 4 faktor utama:

  • Faktor perilaku
  • Genetik
  • Lingkungan (sosial, ekonomi, politik, budaya)
  • Pelayanan kesehatan

Keempat determinan tersebut saling berinteraksi dan mempengaruhi status kesehatan seseorang.

Achmadi dalam Kurniawidjaja, 2020 mengatakan inti permasalahan kesehatan ditentukan oleh dua kelompok variabel yaitu variabel kependudukan dan variabel lingkungan. Selanjutnya, ia menerangkan bahwa dalam variabel kependudukan ada faktor genetik, umur, gender dan perilaku.

Hancock pada tahun 1985 memperkenalkan model ekologi dengan mempertimbangkan determinan lain yang lebih kompleks, holistik, interaktif, dan pandangan hierarkis melengkapi teori dan model sebelumnya, dikenal dengan konsep ‘The mandala of health’.

The mandala of health
Model Mandala of Health

Dalam model ekosistem manusia ini, terjawablah pekerjaan merupakan salah satu determinan tambahan yang diperhitungkan, disamping pendapat yang sama dengan Blum tentang deteminan perilaku kesehatan yaitu perilaku individu dan pola hidup (Kurniawidjaja, 2020).

Referensi

Kurniawidjaja, L. M. (2007). Filosofi dan Konsep Dasar Kesehatan Kerja Serta Perkembangannya dalam Praktik. Kesmas: National Public Health Journal, 1(6), 243. https://doi.org/10.21109/kesmas.v1i6.284

Kurniawidjaja, L. M. (2014). Silicosis and its Progress Influenced by Genetic Variation on TNF-α Locus- 308, TNF-α and IL-10 Cytokine on Cement Factory Workers in Indonesia. Pakistan Journal of Biological Sciences: PJBS, 17, 419–423. https://doi.org/10.3923/pjbs.2014.419.423

Kurniawidjaja, L. M. (2020). Teori dan Aplikasi Promosi Kesehatan di Tempat Kerja. UI Publishing.

Sharing is Caring

Andi Balladho

Andi Balladho Aspat Colle is certified Occupational Safety & Health (OSH) + professional Search Engine Optimization (SEO) in Indonesia. As OSH Enthusiast, he loves to learn and share articles about OSH.

Mungkin Anda juga menyukai

2 Respon

  1. Pajar berkata:

    Bang izin Repost beritanya.. makasih

  1. Oktober 31, 2021

    […] hanya itu, kecelakaan dan Penyakit Akibat Kerja (PAK) juga menyebabkan kerugian materi, moril dan pencemaran lingkungan bahkan mempengaruhi […]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *